Kesantunan Berbahasa
Abstract
berkomunikasi lewat tanda verbal atau tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma-norma budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dan dipergunakannnya suatu bahasa dalam berkomunikasi.Tujuan utama kesantunan berbahasa adalah memperlancar komunikasi. Oleh karena itu, pemakaian bahasa yang sengaja dibelit-belitkan, yang tidak tepat sasaran, atau yang tidak menyatakan yang sebenarnya karena enggan kepada orang yang lebih tua juga merupakan ketidaksantunan berbahasa. Kenyataan ini sering dijumpai di masyarakat Indonesia karena terbawa oleh budaya “tidak terus terang” dan menonjolkan perasaan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Austin, J.L. How to Do Things with Words. Cambridge: Harvards University Press, 1978.
Azis. E.A. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Pidato Pengukuhan Guru Besar, Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008.
Brown, P. dan Levinson, S.C. Politeness some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press, 1987.
Grice, H.P. “Logic and Conversation” dalam Cole; P&J.L Morgan. 1975. Syntax and Semantics Vol 3 : Speech Acts . New York: Akademic Press, 1975.
Leech, G. Principle of Pragmatics. London: Longman, 1989.
Levinson, Stephen C. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press, 1983.
Nababan, PWJ. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia, 1986.
Pranowo. Berbahasa secara Santun. Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jar.v1i2.7384
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2014 St Mislikhah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Indexed by:
This work is licensed under CC BY-SA
© All rights reserved 2014. Ar Raniry, ISSN: 2355-7885, e-ISSN: 2355-813X