POLITIK DAN KONSERVATISME ISLAM INDONESIA DAN TUNISIA
Abstract
Conservatism is needed to maintain harmony in the Muslim community. Conservatism, therefore, is not always negative. However, facing a public opinion controlled by conservative forces, is much more difficult than facing a despotic political force. This paper shows that politics has defied Islamic conservatism in Indonesia and Tunisia. Conservatism ridden by politics causes communal violence that not only destroys one's reputation, but also a moderate understanding of Islam. This paper reinforces Hamayotsu’s (2014) assertion that political competition among elites over distribution of state resources, land, ethnicity and other identities were the primary cause of the conflict. Instead, this paper addresses the statement of Christoper Duncan (2014) which states that the essential source and character of the communal violence is religion.
Keywords: politics, conservatism, Indonesia, dan Tunisia
Full Text:
PDFReferences
Freedom House, Policing Believe: The Impact of Blasphemy Laws on Human Rights. Oktober 2010, 43.
Martin adalah seorang penulis dan antropolog kelahiran Schoonhoven, Belanda, 10 Juli 1946. Kajian-kajian lapangannya banyak mengangkat isu-isu Islam di sejumlah negara seperti Kurdistan, Afghanistan, Turki, Persia, dan Indonesia. Untuk kalangan pesantren, studi beliau yang patut ditelaah adalah “Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia” (1995).
Era ini melahirkan Cak Nur dan Gusdur sebagai representasi tokoh Islam paling brilian. Martin Van Bruinessen, “What happened to the smiling face of Indonesian Islam”, dalam RSIS Working Paper (Singapore: Rajaratnam School of International Studies, 2016), 11.
Martin…, 12.
Bersama koleganya di Indonesia seperti Moch. Nur Ichwan, Ahmad Najib Burhani, Muhammad Wildan, Martin menulis buku tersebut sekaligus mengeditnya yang kemudian diberi kata pengantar oleh Zainal Abidin Baqir.
Martin, Contemporary,... 30.
Martin, Contemporary,... 30.
Martin, Contemporary,... 30.
Martin, Contemporary,... 30.
Martin, Contemporary,... 30.
Kikue Hamayotsu, “Conservative Turn? Religion, State and Conflict in Indonesia”, dalam Facific Affairs 87 (4) Desember, 2014, 823.
Christoper Duncan adalah professor bidang political sciences Universitas Saint Louis Amerika Serikat.
Kikue Hamayotsu, “Conservative Turn? Religion, State and Conflict in Indonesia”, dalam Facific Affairs. 87 (4) Desember, 2014,822
‘Abd al-Majid al-Syarafi, Al-Thawrah wa al-Hadathah wa al-Islam (Tunis: Dar al-Janub, 2011), 161.
‘Abd al-Majid al-Syarafi…, 161.
Zainal Abidin Baqir dalam kata pengantar buku Martin van Bruinessen (ed), Contemporary Developments in Indonesia Islam: Explaining the Conservative Turn (Singapura: Institute of Souteast Asian Studies, 2013), 13.
Pemikiran Haddad, terutama dalam bidang sosial-politik banyak dipengaruhi oleh pemikiran progresif al-Tha’alibiy, terutama sebelum al-Tha’alibiy meninggalkan Tunis tahun 1923. Seperti halnya al-Tha’alibiy, Haddad juga dianggap mengoyak sayap konservatif di tubuh partai al-Dustur atau yang kemudian disebut Hizb al-Hurr al-Dusturiy, pimpinan al-Tha’alibiy. Ahmad ibn Milad, Al-Syaikh ‘Abd al-‘Aziz al-Tha’alibiy wa al-Harakah al-Wathaniyyah 1892-1940. Jilid I (Carthage: Bayt al-Hikmah, 1991), 302-304.
Ahmad ibn Milad…, 302-304.
Lajnah tanfidziyyah beranggotakan 11 orang dibentuk 14 Maret 1920 untuk mengadopsi seluruh kelompok-kelompok yang ada di Tunisia bersamaan dengan dibentuknya partai alHurr al-Dusturiy. Lajnah ini berubah nama menjadi al-diwan al-siyasiy pada Muktamar Qashr Hilal 2 Maret 1934 sekaligus memilih Habib Bourguiba sebagai Sekretaris Jenderalnya. Sepeninggal al-Tha’alibiy, lajnah tanfidziyyah ia diisi oleh sejumlah alumni perguruan tinggi di Paris yang mengambil studi bidang hukum, ekonomi, sastra dll. Ahmad al-Thawili, Al-Za’im ‘Abd al-‘Aziz al-Tha’alibiy: Masirah Nidhaluhu al-Fikriy wa al-Siyasiy (Tunis: Al-Jumhuriyyah alTunisiyyah, 2012), 47, 75, 167.
Muhammad al-Rahmuni, “Al-‘Almaniyyun fi-Tunis: Shira’ al-Fikr wa al-Siyasah” Beirut: Markaz Nama’ li al-Buhuth wa al-Dirasat, 2013, h. 201.
Muhammad al-Rahmuni…, 174.
Muhammad al-Rahmuni…, 175.
Muhammad al-Rahmuni…, 175.
Kenneth J. Perkins, “A History of Modern Tunisia”. Cambridge: Cambridge University Press, 2008), 137.
Ahmad al-Mastiri, Syahadah li al-Tarikh (Tunis: Dar al-Janub, 2011), 79, 82, 84.
Luthfi Hajji, “Bourguiba wa al-Islam: al-Za’amah wa al-Imamah”. Tunis: Dar al-Janub, 2013, 150.
Muhammad al-Habib al-Syarif, “Dustur al-Jumhuriyyah al-Tunisiyyah”. Sousse: Dar al-Mizan li al-Nasyr, 2015, 11.
Luthfi Hajji, “Bourguiba wa al-Islam: al-Za’amah wa al-Imamah”. Tunis: Dar al-Janub, 2013, 150.
Hasan al-Manna’i, “Muhammad al-Fadhil ibn ‘Asyur wa Juhuduhu fi-Bina’i al-Nahdhah al-‘Ilmiyyah”, dalam Risalah Dukturah al-Dawlah (Tunis: Jami’ah al-Zaytunah. Al-Ma’had al-A’la li al-Syari’ah, 1991), 161-170.
Luthfi Hajji, “Bourguiba wa al-Islam: al-Za’amah wa al-Imamah”. Tunis: Dar al-Janub, 2013, 201, 240.
Mereka yang mendukung adalah: 1. Syaikh al-Mukhtar al-Dalali (Imam Masjid Agung Bizerte), 2. Syaikh Muhammad Nu’man (Imam Jami’ al-Qasbah Bizerte), 3. Syaikh ‘Abd alQadir Buhamlah (Imam Jami’ al-Qasbah Bizerte), 4s. Syaikh Muhammad al-Dzawadi (Imam Jami’ al-Andalus Bizerte), 5. Syaikh Muhammad al-Tahir al-Khumasi (Imam Jami’ al-Rubu’ Bizerte), 6. Syaikh ‘Ali al-Dalali (Imam Jami’ Jarzunah Bizerte). Luthfi Hajji, Bourguiba wa alIslam: al-Za’amah wa al-Imamah (Tunis: Dar al-Janub, 2013), 272.
Ahmad al-Mastiri, “Syahadah li al-Tarikh”. Tunis: Dar al-Janub, 2011, 79, 82, 84.
Amal Musa, “Bourguiba wa al-Mas’alah al-Diniyyah”. Tunis: Ceres li al-Nasyr, 2006, 147-148.
Al-Habib Bourguiba, “Khutab al-Mawlidiyyah”. Tunis: Nasyriyyat Wizarat al-I’lam, 1979, 121-122.
Refbacks
- There are currently no refbacks.