Semarga Marriage Practices in the Alas Tribe in Lawe Bulan District Southeast Aceh Regency

Abdul Manan, Saprijal Saprijal, Yopita Sari, Avicenna Al Maududdy

Abstract


The main focus of this paper is to review the practice of marriage since it is a marriage practice that is prohibited in the customary rules of the Alas tribe community. This marriage procession is almost the semarga as other marriage customs, only before the wedding, the family first pays a customary fine. The purpose of this study is to find out the practice of clan marriage, clan marriage factors and public view on clan marriage in Lawe Bulan district, Southeast Aceh Regency. This study uses a qualitative type of research. The research instrument used are observation, interview and documentation. Data analysis techniques are in the form of data reduction, data presentation and verification/conclusion. This study found that the implementation of marriage since giving a sign (sakhi pinang) asking for blessings, (nganpeken) determining the marriage schedule (mahan janji), paying a dowry (ngatatken mas), distributing invitations (mebagah), a three-day party (jagai), ijab qabul (marriage contract) attended by guardians and witnesses, escorting the bride and groom (nakhuh), ngembakh and nangkuh. The causes of intermarriage are lack of understanding of the customs of the Alas tribe, lack of insight, low education, lower middle class economy, social media influence, establishing a dating relationship, social strata, being caught alone in a lonely place and getting pregnant out of wedlock. The community's view of intermarriage is generally disagreeable, because in addition to violating customs and not being good for their offspring, such as physical disabilities, mental weakness and idiots.

 

ABSTRAK

Fokus utama tulisan ini adalah meninjau praktik perkawinan semarga merupakan sebuah praktik pernikahan yang dilarang dalam aturan adat masyarakat suku alas. Prosesi perkawinan ini hampir sama dengan adat perkawinan lainnya hanya saja sebelum melangsungkan pernikahan pihak keluarga terlebih dulu membayar denda adat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui praktik perkawinan semarga, faktor perkawinan semarga dan pandangan masyarakat terhadap perkawinan semarga di kecamatan Lawe Bulan Kabupaten Aceh Tenggara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analis data berupa reduksi data, penyajian data dan verifikasi/kesimpulan. Penelitian ini mendapat hasil bahwa pelaksanan perkawinan semarga memberi tanda (sakhi pinang) meminta restu, (nganpeken) menentukan jadwal nikah (mahan janji), mengatar mahar (ngatatken mas), menyebarkan undangan (mebagah), pesta tiga hari (jagai), ijab qabul (akad nikah) dihadiri oleh wali dan saksi, mengantar pengantin perempuan dan pengantin lelaki (nakhuh), ngembakh dan nangkuh. Penyebab perkawinan semarga kurang pemahaman tentang adat suku alas, kurang wawasan, pendidikan rendah, ekonomi menengah ke bawah, pengaruh media sosial, menjalin hubungan pacaran, strata sosial, tertangkap berduaan ditempat sepi dan hamil diluar nikah. Pandangan masyarakat terhadap perkawinan semarga secara umum mereka tidak setuju, karena selain melanggar adat dan tidak baik bagi keturunannya seperti cacat fisik, lemah mental dan idiot.


Keywords


Semarga Marriage Practice; Alas Tribe; Lawe Bulan; Southeast Aceh.

Full Text:

PDF

References


Arman. (2016). Larangan Perkawinan Semarga Dalam Masyarakat Alas Aceh Tenggara (Studi di Desa Pulo Gadung). Skripsi Sejarah Kebudayaan Islam UIN- Ar-Raniry Banda Aceh.

Azka, A. M. (2020). Tradisi Rebu Ngerana Pasca Perkawinan Pada Masyarakat Karo Sumatera Utara Perspektif ‘Urf. Al-Qadha : Jurnal Hukum Islam Dan Perundang-Undangan, 7(2), 88–98. https://doi.org/10.32505/qadha.v7i2.1962

Badruzzaman, I. (2008). Sistem Budaya Adat Aceh Dalam Membangun Kesehteraan. Majelis Adat Aceh.

Fitriani, E. (2022). Pernikahan Semarga Dalam Adat Mandailing Perspektif Masalah Mursalah (Studi di Masyarakat Batak Mandailing di Kecamatan Manna. Skripsi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu.

Manan, A. (2013). Keuneunong. Adabiya, 15(29), 1–12.

Manan, A. (2014). “The Ritual of Marriage (An Ethnographic Study in West Labuhan Haji-South Aceh).” Jurnal Ilmiah Peuradeun II, no. 2: 17–44. https://journal.scadindependent.org/index.php/jipeuradeun/article/view/35.

Manan, A. (2015a). The Ritual Calendar of South Aceh, Indonesia. MV-Verlag-Germany: Wissenschaftliche Schriften der WWU Münster, Reihe X, Band 22.

Manan, A. (2017). “The Ritual Calendar of South Aceh, Indonesia.” Jurnal Ilmiah Peuradeun 5 (1): 59–76. https://doi.org/10.26811/peuradeun.v5i1.120

Manan, A. (2015b). Metode Etnografi dalam Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora Jilid 3. Lhee Sagoe Press - Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry.

Manan, A. (2018). Ritual Kelender Aneuk Jamee di Aceh Selatan (C. I. Salasiyah (ed.); Revisi). Bandar Publishing.

Manan, A. (2021). Metode Penelitian Etnografi. AcehPo Publishing.

Manan, A., Putra, R. S., & Saprijal, S. (2022). The Moderation in Actualizing The Religious Harmony and Islamic Culture in South West Coast of Aceh–Indonesia. Proceeding ICIS 2021, 1(1).

Manan, A., Salasiyah, C. I., Rizki, S., & Chairunnisak, C. (2022). Paddy cultivation rituals in South Acèh, Indonesia: An ethnographic study in West Labuhan Haji. Cogent Social Sciences, 8(1), 1–18. https://doi.org/10.1080/23311886.2022.2094075

Miles, & Huberman. (1994). Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif (17th ed.). Remaja Rosdakarya.

Nasution, M. P. (2019). Perkawinan Semarga Pada Masyarakat, Perkawinan Semarga Masyarakat Batak Mandailing di Desa Hutan Pungkur Jae Kabupaten Mandailing Natal. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas.

Pohan, M. (2018). Perkawinan Semarga Masyarakat Migran Batak Mandailing Di Yogyakarta. Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 10(2), 134. https://doi.org/10.14421/ahwal.2017.10202

Purnana, R. (2018). Pergeseran Adat Perkawinan (Studi Kasus Desa Pisang Kec Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan. Skripsi Prodi Sejarah Kebudayaan Islam. Fakultas Adab Dan Humaniora UIN-Ar-Raniry Banda Aceh.

Puteh, J. (2021). Sosiologi Masyarakat Aceh. Bandar Publishing.

Ramulyo, I. (1996). Hukum Perkawinan Islam. PT Bumi Aksara.

Saprijal, S., Bariah, C., & Syahroni, F. (2023). Pengelolaan Objek Wisata Ie Suum dalam Peningkatan Daya Tarik Wisatawan Luar Daerah di Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Aceh Anthropological Journal, 7(2), 140. https://doi.org/10.29103/aaj.v7i2.12699

Selian, R. S. (2007). Analisis Semiotik: Upacara Perkawinan “Ngerje” Kajian Estetika Tradisional Suku Gayo di Dataran Tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah. Tesis. Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Septian Fatianda, A. Manan, N., & Ahmad, M. Y. (2020). Pekan Kebudayaan Aceh Dalam Perspektif Historis. Indonesian Journal of Islamic History and Culture, 1(1), 63–79. https://doi.org/10.22373/ijihc.v1i1.505

Sufi, R. (2004). Budaya Masyarakat Aceh. Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Sufi, R., Dally, R. A., & Azwad, R. (2002). Adat Istiadat Masyarakat Aceh. Dinas Kebudayaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Waryanti, S., & Dkk. (1990). Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundangan-Undang, Hukum Adat, Hukum Agama.

Zulfidar, F., Syahroni, F., Manan, A., Al, U., Darussalam, W., & Aceh, B. (2024). Dinamika Adat Pertunangan : Praktek Terkini dan Asumsi Masyarakat. Jurnal Ilmiah Beurawang Indonesian Journal of Humanities, 1(1), 22–32.




DOI: http://dx.doi.org/10.22373/adabiya.v27i1.29071

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Indexed by:

Adabiya Adabiya Adabiya  Adabiya Adabiya

Adabiya Adabiya   

 
Tools:

Adabiya Adabiya Adabiya Adabiya Adabiya

All papers published in Jurnal Adabiya are licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.